Pantai Anyer



Sepulang acara, Faqod secara tiba tiba mengajak gua wisata ke Anyar bersama teman teman. Dengan basa basi ala kadarnya, gua menampis rasa males gua dengan berkata, "buat gua bayar ga?", namun Faqod dan Imam yang ada di sebelahnya hanya tersenyum tipis seolah menjawab tidak dengan nada yang serupa ketika lu mengumpat 'ANJING'

Gua sangat amat relatif memilih wisata. Lebih sering justru kalo gua get-to-the-flow aja kalo diajak wisata oleh siapapun, entah ke gunung, ke amusement park, ke pantai, ke kebun binatang, gua sama sekali gak pernah merasa excited (bahasa kerennya) atau nyoba nabung duit hingga berceleng celeng (kok aneh ya?) hanya demi travelling kesana kemari.

Parahnya bahkan gua menjadikan jalan-jalan atau wisata hanya sebagai pelarian gua dari hal yang ga gua suka. Seperti yang terjadi ketika gua mondok dulu. 
Gua minta ijin ke Wali Kelas gua (Bu Arum) dengan dalih gua pengen bikin KTP, padahal niatan gua pengen ikut tour pabrik bokap ke Dufan, dan padahal lagi, gua pengen ngindari musyawarah acara angkatan (yang mana gua juga gak berperan besar di dalamnya)

Mungkin dari sedikit cerita diatas lu menganggap gua adalah pria yang tak bertanggung jawab. Ya, bisa jadi juga begitu

Setelah gua sadar basa basi gua udah kelewat basi, gua menanyakan kapan acara itu di mulai. Faqod bilang, acara itu akan dimulai pada hari Sabtu. Hari yang pas, karena gua lagi ga ada jam kelas kuliah saat itu

Gua berangkat pagi. Awalnya gua pengen berangkat sendiri, tapi nyokap menyuruh adek gua, Apip untuk ikut. Gua mah gak merasa keberatan, toh, adek gua juga udah dewasa dengan umur nya yang masih belia. Jadi gua gak bakal repot repot nyebokin dia setiap dia abis buang aer

Gua membawa perjalanan ini dengan aura get-to-the-flow luar biasa. Ya biasa biasa ja, gua ga berharap ini bakalan wah -gimana gitu, bener bener semua nya zero expectation

Sesampainya disana, kaki gua menapak pesisir pasir putih, angin sepoi sepoi menghantam rambut gua, terik panas juga gak terelakan, akhirnya kami merumpun di bawah pohon, menggelar tiker dan acara secara formal pun dibuka oleh Faqod, sebagai ketua muda mudi

bersenggama denngan air pantai
Setelah semua sambutan selesai, akhirnya acara bebas. Gua sebagai anak perumahan yang jarang banget melihat pantai, pasti bingung banget, ya sudah hal yang pertama gua lakukan adalah foto foto dengan gaya sebisanya. Kira kira ini lah hasil usaha keras gua berpose
geraham gitu amat ya
saya menyebutnya mati gaya

Ya, namanya juga usaha.

Belom puas cuma jalan jalan ke sepanjang pinggiran pantai (dan gak mau gua jadi santapan ikan paus). Akhirnya gua dan temen temen  lain memutuskan untuk dateng ke karang bolong.

Sesuai namanya, Karang Bolong itu karang yang sudah bolong bedanya cuma udah diupgrade oleh warga sehingga ada tempat duduk, tempat santuy, tangga dsb. 

Waktu pengen masuk ke karang bolong, tiba tiba ada bapak2 berseragam krem nyamperin kita yang gak jauh beda sama tukang parkir indomaret, katanya kalo mau masuk ke karang bolong harus bayar dulu 10.000 per orang. Beberapa temen kita ada yang ga jadi ikut karena gak bawa duit. 

Sesampainya disana -ya emang mau ngapain lagi, tak ada yang cocok dilakukan selain foto foto sambil ngeliatin kepiting di karang. Ya, sekurang kerjaan itu lah gua disana.

Abis itu, gua memandang jauh luasnya lautan yang membuat keimanan gua yakin kalo bumi selama ini datar



Ketika sore mulai menjelang, akhirnya kamu turun dari Karang Bolong ke tempat awal, dan melaksanakan sesi terakhir dari tour setengah formal ini

Sesi ini diisi oleh game. Cara mainnya adalah kita saling berpisah, dan nanti kalo Tiara (temen gua) udah mengatakan tiga. Maka kami harus mencari tiga temen untuk berkumpul, kalo misal ada peserta tidak bisa mencari tiga orang, maka dia harus menyampaikan kesan pesannya kepada Mbak Shinta (guru kita yang ingin selesai masa ajarnya)

Pada ronde kedua gua kalah. Dan harus menyampaikan kesan pesan gua terhadap Mbak Shinta ini.
Berhubung gua belom lama kenal sama Mbak Shinta, ya gua cuma bisa mengatakan hal hal mainstream. Gua bilang 'Mbak Shinta itu baik, asyik, lucu, rajin". Udah gak lebih. Gak dibawa perasaan. Heheheh

Selesai permainan kami berkumpul dan duduk diatas tikar, ada yang bercermin sambil menata skincare, ada yang bengong, ada juga yang tertidur pulas karena ga bisa masuk ke karang bolong. Kami amat menikmati suasana itu, hingga Apip bertanya, "Mas, ini pasirnya dibawa kan dari tempat lain? terus diturunin disini...", Gua tersenyum karena lucunya pertanyaan adek gua ini, sedangkan Mbak Shinta dengan tertawa sarkas "Hih, pinter amat si adek mu ini, Ndra"

Post a Comment (0)
Previous Post Next Post